Mengenai Saya

Foto saya
palopo, Makassar/sulsel, Indonesia
Biasa jie...

Sabtu, 29 Januari 2011

Ketika Sperma Meminang

Tersebutlah di suatu tempat yang terlarang berkumpul ratusan ribu penduduk testisinesia. Mereka bercerita tentang diri mereka masing-masing. Seekor penduduk yang paling matang memulai pembicaraan. Saudara-saudara sekalian, usia kita telah matang dan siap menunaikan kewajiban masing-masing. Tetapi ada hal yang sangat menggelisahkan saya. Apa kiranya yang kau gelisahkan itu wahai saudaraku, sela penduduk yang lain. Sungguh berat untuk dikatakan. Hem, tapi biarlah dengan berat hati akan kusampaikan pada kalian karena ini adalah keniscayaan, dan kita tidak bisa lari dari hal tersebut. Sampaikanlah pada kami, sahut mereka serempak. Ya, kami sudah tidak sabar mendengarnya, ujar salah satu dari mereka yang berbadan kekar.
Setelah menghirup kopi dan menarik nafas dalam-dalam, penduduk yang paling matang itu bercerita. Kemarin, ada telepon dari saudara neuro, penduduk negara cerebenesia. Ia bercerita bahwa ia menerima telepon dari negeri ovaria bahwa penduduk di sana hanya satu biji, namanya ovu-sing. Artinya penduduk negeri testinesia akan berebut untuk mendapatkannya. Dan hal itulah yang sungguh merisaukan saya.
Oh…sungguh malang nasib kita. Artinya kita yang beratus ribu ini harus bersaing dan berebut untuk mendapatkan kekasih kita. Ya, betul. kita akan membuktikan siapa diantara kita yang paling unggul., dan berhak untuk menerima kehormatan untuk membuahi.
Salah satu diantara mereka yang berdiri ditengah angkat bicara. Wahai saudaraku sekalian yang aku cintai. Aku berasal dari tanah dan kemudian diserap oleh lumut dan lumut itu dimakan ikan. Ketika aku berada di sela otot ikan, seorang nelayan membawaku kepasar untuk dijual. Diantara beberapa pembeli menawar saya, datanglah ibu pemilik negeri ini membeli saya. Kemudian ia menggoreng dan saya terserap oleh pemilik negeri ini dan selanjutnya oleh tubuh pemilik negeri ini saya diproses bersama kalian dinegeri testisinesia bersama kalian. Oleh karena itu, sayalah yang paling unggul diantara kalian dan tentu sayalah yabg berhak untuk meminang, ungkapnya tersenyum. Dan tentu aku adalah calon orang besar, tambahnya.
Tunggu dulu kawan, ujar salah satu diantara mereka dengan nada membentak. Bukankah asal kita sama ? Artinya kalau engkau merasa unggul, masih ada penduduk unggul lainnya.
Hei kawan, asalku lebih baik dari kalian berdua. Meski saya juga dari tanah, tapi aku terserap oleh padi dan kemudian dibeli, dimasak, diproses menjadi seperti kalian. Watak aku adalah watak padi, makin berisi makin tunduk. Sayalah penduduk negeri testisinesia yang terunggul. Saya adalah calon filosof, ujurnya jujur.
Tapi ingatkah engkau kawan, sela yang lain. Walau pun kita sama-sama dari padi, tapi aku dari beras kepala dan engkau hanya dari beras pembagian. Jadi sayalah yang terunggul. Seekor yang lain angkat bicara. Dan sekedar pemberitahuan, aku adalah calon presiden. Heit, tunggu dulu. Saya juga berasal dari beras kepala. Tapi saya dibeli dengan uang halal, sedang engkau dari hasil korupsi. Makanya jiwaku lebih baik, meski kita berasal dari sama-sama beras kepala. Makanya engaku adalah calon presiden korup, sedang aku adalah calon presiden bijak.
Seekor yang lain angkat bicara, tenang kawan-kawan, ucapnya. Coba kalian dengar perjalananku. Akupun dari tanah yang terserap ke tanaman jagung. Ketika aku dalam sebulir jagung, aku dipatuk dan dimakan seekor ayam dan kemudian menjadi telur yang dimakan mentah oleh pemilik negeri testisinesia sebagai obat kuat. Akulah yang terunggul, ucapnya. Makanya aku adalah calon olahragawan. Akan aku harumkan negara majikan kalau aku yang nantinya membuahi.
Tidak bisa, jawab yang lain. Asalku sama dengan engkau. Tapi ingatkah engkau bahwa aku menjadi warga testisinesia dengan doa, sedang engkau tidak lebih dari harapan untuk memperbanyak hormon majikan kita. Nanti ketika saatnya aku yang meminang, tentu yang dihasilkan adalah bibit unggul yang taat beribadah. Sedang engkau, tidak lebih dari sekedar pengumbar nafsu.
Sok suci kamu, hardik seekor yang dari tadi cuma diam memperhatikan debat yang alot. Bukankah hanya melalui ejakulasi sehingga kita dapat keluar dari negeri testisinesia ini ? Bukankah ejakulasi hanya dapat terjadi jika ada nafsu ? Penduduk tertua yang sejak debat dimulai ia diam, mulai angkat bicara lagi. Hei, dari mana engkau tahu hal itu ? Bersama negara Penisia, Testisinesia adalah negara terlarang. Hubungan kita paling ke negara cerebenisia, itupun karena cerebenesia adalah pusat informasi.
Engkau ketinggalan informasi pak tua. Sekarang aku ceritakan kisahku. Akupun dari beras seperti yang lain, cuma aku diproses disini saat negeri cerebenisia sibuk mengolah data tentang imajinasi seksual. Makanya aku mengalami pematangan dini. Kejadian dinegari sana sangat mempengaruhi perkembanganku.
Yessss, ucap seekor gembira dan membuat semua penduduk tertegun. Ada apa, tanya seekor disebelahnya. Tahkah kalian, aku berasal dari madu asli yang diperoleh dengan halal. Aku diproses saat majikan sibuk beribadah, tidak sedang berimajinasi seksual, artinya akulah yang terunggul, dan calon orang alim.
Cuhhh..seekor yang lain meludah jengkel. Aku adalah calon preman. Langkahi dulu mayatku kalau hendak membuahinya. Heit, tunggu dulu. Kujitak kamu kalau macam-macam. Aku adalah calon polisi, dan aku akan menggagalkan rencanamu. Tenang saudaraku sekalian, sahut calon filosof. Kita harus bijak menghadapi persoalan berat ini. Begini saja, sela calon politikus mencoba berdiplomasi. Keunggulan kita masing-masing akan teruji saat kita meninggalkan testisinesia ini menuju negeri uterusia untuk mendapatkan kekasih kita. Saya pikir kita hentikan perdebatan ini dan mempersiapkan diri untuk menghadapi saat yang kita damba.

II
Mereka kemudian bubar dan mempersiapkan diri masing-masing. Yang tertua menyiapkan diri dengan berlatih ketangkasan. Ia berpikir saudara-saudaranya yang telah matang akan lebih tangkas karena perbedaan usia. Sementara calon preman berlatih silat untuk mengalahkan saudaranya yang lain, calon filosof justru memperbanyak perenungannya dan menghayati existensinya. Calon menteri, calon presiden, calon alim dan calon orang biasa juga tidak ketinggalan mempersiapkan diri masing-masing.
Tiba-tiba terjadi gempa bumi dahsyat dan memaksa mereka meninggalkan negeri testisinesia. Hari yang ditunggu datang sudah. Dalam perjalanan, nampak negeri uterusia semakin dekat. Tapi suasana asam membuat mereka menderita. Ternyata meminang kekasih tidak seperti dugaan kita, kata calon filosof kepada rekannya. “Kita mi duluan cess” katanya ramah meski suasana asam tidak kompromi. Ah tidak, kita mo. Kita tongseng yang lebih pantas. Mereka saling mempersilahkan dengan ramah dan tidak berani maju. Melihat kondisi seperti ini, calon politikus mencoba memecahkan persoalan.
Begini saja, mumpung kita masih dalam perjalanan, bagaimana kalau kita adakan pemilihan umum. Untuk suksesnya acara ini, aku sendiri yang menjadi ketua KPU. Calon pemilik modal berkata, engkau terlalu normatif saudaraku. Kita terlahir untuk berkompetisi, entah secara sehat atau secara sakit. Ini adalah taruhan raksasa. Waktu kita singkat. Suasana disini sangat tidak permisif. Lihat dibelakang kita, banyak saudara kita tewas krena tidak tahan suasana asam. Sementara yang lain berlomba-lomba untuk mencapai tujuannya, sedang anda malah ingin mengadakan pemilu ditempat seperti ini. Lihat didepan, calon preman menyikut calon polisi dan berusaha agar ia yang berhasil membuahi. Sekarang mari kita lanjutkan berenang di samudra yang asam ini.
Satu-persatu mereka mati oleh suasana asam. Sementara kekasih mereka, ovu-sing, menanti siapa yang bakal meminangnya. Calon preman yang tinggal beberapa hasta dari kekasihnya, dipentung oleh calon polisi setelah mementung beberapa kandidat lainnya. Secara diplomatis, calon polisi kemudian ditendang calon politikus. Setelah merasa hampir berhasil, tiba-tiba calon pemilik modal menyuap calon politikus sehingga rela posisinya direbut. Aku berhasil, ungkap calon pemilik modal dalam hati. Tunggu, jika kau yang membuahi, kau akan jadi pelaku KKN dan masuk neraka nantinya. Bayangkan ratusan ribu saudara kita telah tewas demi meminangnya. Engkau akan bertanggung jawab moral dan disidang di alam nyata. Kalaupun kau juga berhasil menyuapnya, malaikat penjaga neraka tidak bakal dapat kau suap, ujar calon alim dengan nada sinis.
Sekonyong-konyong muncul benda raksasa mirip galaksi, tepatnya spiral. Dengan lantang ia berteriak, “Aku ditugaskan majikanku untuk membunuh kalian, rasakan jurus saktiku ini”. Tak lama kemudian, beberapa penduduk negeri testisinesia yang masih tersisa terbunuh oleh benda sakti yang bernama spiral itu.
Ovu-sing yang telah bernyanyi berminggu-minggu menanti seekor dari ratusan ribu penduduk testisinesia, hanya dapat menangis sedih melihat terbunuhnya mereka oleh samudra asam dan jurus sakti spiral. Nyanyian telah berubah jadi tangisan. Akhirnya ovu-sing bunuh diri dan meninggalkan negerinya menuju kloset, tempat ratusan ovu-sing lainnya yang bernasib sama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar